BANDA ACEH, iNewsKutaraja.id -Provinsi Aceh yang terletak di ujung paling barat Indonesia, memiliki kekayaan alam serta berada di jalur strategis untuk melakukan perdagangan internasional. Aceh secara geografi terletak pada jalur sutra perdagangan dan banyak negara dan pada abad ke 16 Aceh menjadi untuk menjalin hubungan dagang dan memperoleh rempah Aceh dan Aceh mengalami kejayaan pesat melalui jalur rempah, sehingga tercatat dalam peta perdagangan global.
Pada masa itu, Aceh kerap disinggahi berbagai kapal dari setiap penjuru mata angin. Lawang, cengkeh, lada, pinang, kemenyan, beras, manjakani, kemiri, kayu cendana, dan kulit kayu manis dan banyak rempah lainnya menjadi buruan banyak negara sehingga Aceh menjadi terkenal dengan banyak komoditi dan dari sekian banyak rempah yang membuat Aceh menjadi primadona dunia.
Dikutip dari halaman Pekan Kebudayaan Aceh, sejarah Aceh menjadi terkenal sebagai penghasil Rempah yang mendunia dijelaskan oleh Budayawan dan Kolektor Benda Bersejarah Aceh, Tarmizi Abdul Hamid menyebutkan bahwa Aceh sangat terkenal dengan hasil rempah ternyata sangat disukai oleh bangsa Eropa terutama negara Portugis. Hal ini dibuktikan dengan adanya sejarah pendudukan oleh Portugis di daerah Lamno, Kabupaten Aceh Jaya demi mendapatkan hasil Rempahnya.
"Jadi, pada masa itu rempah sangat mendongkrak ekonomi Aceh menjadi makmur.
Tabuhan Rapai Pase Menjadi Salah Satu Kekayaan Budaya Aceh Yang Ikut di Tampilkan Dalam Pembukaan Pekan Kebudayaan Aceh Ke 8 (Foto: dani syah/ inews.id)
Zaman dahulu, pembagian rempah Aceh kepada negara luar dilakukan secara barter. Misalnya Aceh memberikan rempah, sedangkan mereka menukarnya dengan perlengkapan makan, pedang, senjata, meriam, dan alat-alat pertahanan lainnya" ujarnya.
Dengan banyak fakta sejarah yang menyebutkan bahwa Aceh sangat terkenal dengan rempah, menjadi ikon pelaksanaan Pekan Kebudayaan Aceh ke 8 yajg dilaksanakan pada tanggal 4 hingga 12 November 2023 di Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh dengan Tagline "Rempahkan Bumi Pulihkan Dunia”.
Pekan Kebudayaan Aceh yang dihelat ini menjadi ajang promosi keistimewaan Aceh kepada daerah lain dan dunia, bahwa Aceh memiliki sejarah panjang tentang keistimewaan Aceh sebagai penghasil rempah yang sangat istimewa.sehingga orang-orang Eropa yang datang ke Aceh untuk berburu rempah.
Pembukaan Pekan Kebudayaan Aceh yang dibuka oleh Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki pada sabtu malam dihadiri oleh ribuan masyarakat Aceh ditandai dengan penumbukan rempah di leusoeng kayee.
Dalam kesempatan ini, Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki menyampaikan, PKA merupakan panggung yang menampilkan dinamika perpolitikan, sosial, budaya, dan pemerintahan Aceh yang terekam sejak pelaksanaan perdana tahun 1958.
Ditambahkan oleh Marzuki, PKA juga merupakan buah pemikiran dan perjuangan orang-orang tua dulu yang memberikan teladan dalam merajut, merawat, dan menjaga perdamaian melalui pelestarian serta pemajuan kebudayaan, khususnya peradaban atau tamadun islami di Bumi Serambi Mekkah.
"Sejak 1958 PKA menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pemerintah dalam melindungi, membina, mengembangkan, dan memanfaatkan sisi baik kebudayaan.
Beragam Tarian Dihadirkan Dalam Memeriahkan Pekan Kebudayaan Aceh (foto: Dani syah/ inews.id)
Di arena Pekan Kebudayaan Aceh, beragam Kebudayaan Aceh tempo dulu dihadirkan sebagai ajang edukasi masyarakat dari 23 Kabupaten dan Kota, seperti kendaraan pembawa rempah masyarakat Aceh tempo dulu, serta alat-alat pertanian masa lalu yang kini sulit dijumpai.
Antusias masyarakat yang terlihat dari pantauan iNewsKutaraja.id begitu besar, hal ini ditandai dengan membudlaknya pengunjung dari sejak pembukaan hingga hari kedua pelaksanaan PKA, semoga Aceh dengan pelaksanaan PKA ke 8 ini menjadi momentum bangkitnya ekonomi Aceh
Editor : T Dani