BANDA ACEH, iNewsKutaraja.id - Rahmadiani, S.Pd, guru pada MTsN 8 Aceh Besar, dinyatakan masuk nominasi Grand Final Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2023.
Hal tersebut berdasarkan SK Direkorat Jendral Pendis Kementerian Agama RI Nomor B-5408/DJ.I/Dt.I.II/HM.01/11/2023 tentang Pengumuman Hasil Seleksi Tahap 2.
Berdasarkan SK Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Guru Dan Tenaga Kependidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama itu, Rahmadiani dinyatakan menjadi guru berprestasi dan berhak mengikuti grand final.
Guru terbaik asal Aceh Besar ini dinyatakan lolos bersama tiga guru lainnya asal Aceh yang berkompetisi di event tahunan tingkat Nasional tersebut. Ketiga guru lainnya yakni Nuraini asal Aceh Timur; Husnidar asal Abdya; dan Irawati asal Bener Meriah.
Untuk diketahui, Anugerah GTK Berprestasi merupakan ajang rutin tahunan yang diadakan oleh Direktorat GTK Kementerian Agama. Kegiatan ini juga setiap tahun dilaksanakan di Tingkat Provinsi, termasuk Provinsi Aceh. Ajang ini merupakan kompetisi antara kepala, guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Event yang digelar tahunan ini bertujuan untuk memberikan apresiasi dan motivasi kepada guru dan tenaga kependidikan yang secara terus meningkatkan kompetensi, profesionalisme, kinerja, dan prestasinya sehingga memberi dampak positif dalam peningkatan mutu pendidikan pada jenjang RA dan Madrasah.
Dalam Anugerah GTK Tahun 2023 ini ada 4 kategori yang diperlombakan: guru berprestasi, guru berdedikasi, guru inovatif, dan guru inspiratfi. Setiap kategori akan ditetapkan pemenang, sebagai juara I, II, III dan Favorit.
Mengenal Rahmadiani
Rahmadiani lahir di Aceh dan menghabiskan masa kecilnya di daerah dataran tinggi, Kabupaten Pidie, Aceh. Setelah menamatkan sekolah lanjutan pertamanya, Ia meninggalkan melanjutkan pendidikan di salah satu Aliyah di Jakarta Selatan.Awalnya, hanya Ia dan sang ayah saja yang berdomisiali di sana. Setahun kemudian baru ibunya ikut pindah ke Jakarta untuk berkumpul bersama.
Setelah tamat dari Madrasah Aliyah di Jakarta Selatan, anak ke-6 dari 7 bersaudara ini mengikuti UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan lulus di Universitas Negeri Jakarta.
”Alhamdulillah lulus juga di LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) di Salemba ketika itu. Namun karena padatnya kuliah di UNJ membuat saya harus memilih salah satu kampus, dengan berat hati berhenti kuliah di LIPIA pada semester ke-lima,” kata Rahma -panggilan akrabnya- saat bincang-bincang dengan media ini.
Selesai kuliah, pada tahun 2003 Ia mulai mengajar di SDIT Insan Rabbani, Bekasi Barat, Jawa Barat sebagai guru honorer pada sekolah tersebut.
“Sejak saat itulah saya bergelut dengan dunia anak dan pendidikan,” katanya mengisahkan.
Tahun 2006 Rahma menikah dan kembali menjadi warga Aceh. ”Tahun 2009 Alhamdulillah lulus PNS di SMP Negeri 2 Simpang Mamplam, Bireuen, Aceh,” katanya.
Di sekolah itu, Rahma mengabdi selama 3 tahun, dan pada tahun 2012 Ia pindah tugas ke SMP Negeri 3 Bireuen selama 2 tahun.
“Pada tahun 2014 saya sangat bersyukur kepada Allah SWT, karena bisa berkumpul dengan keluarga kecil saya di Banda Aceh dan bertugas di MAS Luqman Al-Hakim, Aceh Besar selama 4 (empat) tahun satminkal di madrasah tersebut, dan masih mengajar sampai sekarang untuk mencukupi 24 JTM,” katanya.
Rahma dan keluarga kecilnya sempat merasakan masa sulit ketika Allah mengujinya dengan terbakarnya rumah tempat tinggal mereka pada tahun 2016.
“Dalam sekejap semua sirna. Rumah yang sudah kami tempati baru 6 tahun, tiba-tiba sudah hitam bekas terbakar, rusak berat tak layak tempati lagi,” kisahnya.
Beruntung, Ia memiliki keluarga yang selalu menyemangatinya hingga tetap tegar. ”Saya selalu berdoa, Ya Allah ya Rahman.. Bantu saya untuk tetap semangat... Menemukan diri saya yang dulu... tidak merasa kecil hati dan rendah diri, Karena Engkau adalah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Besar, dan Maha Agung”.
“Alhamdulillah berkat support yang terus menerus dari keluarga, teman – teman pendidik, alumni MA dan UNJ, pelan-pelan bangkit dan tetap berpasrah, bersabar dan ikhlas atas suratan takdir Ilahi Rabbi, Pemilik dunia ini,” katanya.
Tahun 2018, Ia bertugas dan satminkal di MTsN 8 Aceh Besar sampai sekarang. Saat bertugas di MTsN 8 Aceh Besar pada tahun 2018, Rahma menemukan beberapa hal, yaitu: kondisi kelas sangat kumuh, monotonnya pendidik dalam menggunakan metode pembelajaran (konvensional), penggunaan media yang kurang variatif, sehingga pembelajaran sering disampaikan secara lisan saja tanpa ada media pendukung yang dapat menarik minat peserta didik saat pendidik menjelaskan materi.
“Tidak banyak media pembelajaran ditempel di dinding kelas, pendidik juga cenderung sebagai Teacher Centered, metode yang digunakan ceramah dan tanya jawab serta penggunaan buku paket sebagai Lembar Kerja masih sering digunakan ketika menyampaikan materi. Sehingga peserta didik cepat merasa jenuh, dan format penilaian yang biasa saja, menjadikan peserta didik tidak bersemangat mengerjakannya,” katanya.
Kondisi tersebut membuat ia tertantang untuk kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode pembelajaran bahasa Arab dan memilih strategi dan media yang tepat dan bervariasi untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Menurutnya, menjadi pendidik di era kurikulum merdeka bukan hanya transfer ilmu saja, bukan juga memiliki kompetensi dasar minimal, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian, namun harus juga bisa menjadikan peserta didik memiliki 12 kecakapan mendasar untuk sukses di abad 21. Diantaranya adalah communication (komunikasi), critical skill (berpikir kritis), creativity (kreativitas), dan collaboration (kerja sama).
Pengalaman pertama kali mengikuti anugerah GTK berprestasi tingkat provinsi di tahun 2022, Ia mendapat juara 1 GTK berprestasi jenjang MTs.
Motivasi awal Ia mengikuti Anugerah GTK Berprestasi adalah amanah dari kepala madrasah MTsN 8 Aceh Besar yang mempercayakan saya dan mensupport untuk mengikuti kegiatan tersebut disertai dukungan yang luar biasa dari para peserta didik, teman-teman sesama pendidik,” katanya.
”Saya juga termotivasi melihat peserta didik yang sering mengikuti Olimpiade, KSM, KOMBANAS,” katanya.
Menurutnya, Anugerah GTK Berprestasi ini sebagai wadah aktualisasi diri dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan sekaligus menguji kemampuan dirinya sebagai pendidik dan juga untuk memperkenalkan inovasi dan kreativitas yang telah dilaksanakan di MTsN 8 Aceh Besar.
”Selain itu ajang ini juga merupakan peluang untuk berbagi ilmu dan informasi, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Saya juga bisa belajar, berdiskusi, berbagi pengalaman dalam penulisan karya ilmiah, performance dan ide-ide kreatif dalam membuat inovasi pembelajaran di madrasah,” katanya.
Editor : T Dani
Artikel Terkait