Krisis Air Bersih di Lhoknga Berdampak Besar Pada Perempuan

Banda Aceh - Solidaritas Perempuan (SP) Aceh menyebut krisis air yang terjadi sepanjang bulan Mei - Agustus 2024 di Lhoknga dan Peukan Bada, Aceh Besar berdampak besar pada perempuan dan kelompok rentan.
“Dampak krisis air tidak bisa dianggap remeh terutama terhadap perempuan dan kelompok rentan di Lhoknga, Aceh Besar,” kata Ketua Badan Eksekutif (BEK) Solidaritas Perempuan Aceh, Rahmil Izzati, Selasa (24/12/2024).
Rahmil merinci dampak krisis air bersih pada perempuan dapat mempengaruhi pada sektor pendidikan yang terhambat, beban kerja domestik yang bertambah, dampak ekonomi dan ketergantungan finansial, ketimpangan gender hingga dampak kesehatan.
“Tidak menutup pula krisis air ini dapat membawa dampak keamanan dan resiko kekerasan pada perempuan,” ujar Rahmil.
Selain pada perempuan, kelompok rentan seperti balita, perempuan pasca melahirkan, warga disabilitas juga sangat terdampak dengan kondisi krisis air bersih ini. Menurutnya, kelompok rentan jauh lebih banyak membutuhkan air bersih dibandingkan dengan kondisi normal, kondisi kekeringan ini bisa memperparah keadaan mereka dalam mengakses air bersih.
Masalah lain juga bermunculan terkait pendistribusian suplai air di desa-desa Aceh Besar. Rahmil menuturkan sejumlah anak-anak dan orang dewasa mengalami gatal-gatal setelah menggunakan air yang didistribusikan oleh pemerintah maupun instansi terkait.
Adapun pengambilan air diketahui bersumber dari PDAM Tirta Mountala, Mata Air Rindam, dan Pemandian Sarah.
“Kelayakan air yang didistribusikan ke warga tentu menjadi pertanyaan,”
Selain hal tersebut, Rahmil menilai solusi pendistribusian air melalui tangki-tangki air oleh pemerintah dan instansi terkait dalam menanggulangi krisis air di Lhoknga, Aceh Besar merupakan solusi sementara yang tidak efektif.
Ia menjelaskan, setidaknya suplai air per desa mendapatkan enam hingga dua ribu liter air. Total air yang disuplai untuk kecamatan Lhoknga mencapai 137 ribu liter air dalam sekali distribusi. Sementara itu distribusi air dalam sehari dilakukan pagi dan sore.
Kemudian biaya operasional pengangkutan air ke desa-desa di Lhoknga yang dilakukan selama tiga puluh hari secara non-stop juga akan membengkak anggaran daerah.
“Pemerintah harus segera memberikan solusi jangka panjang terkait krisis air di Lhoknga. Bencana kekeringan di Lhoknga terus-menerus terjadi setiap tahun dan tahun ini yang terparah. Harus ada solusi yang konkrit,” tegas Rahmil.
Editor : Didik Ardiansyah