ACEH BARAT DAYA, iNewsKutaraja.id - Pemanfaatan Mulsa tanpa olah tanah (TOT) merupakan metode pertanian yang ramah lingkungan, dimana pemanfaatan sisa tumbuhan pasca panen menjadi sarana dalam melakukan aktivitas taninya.
Di Gampong Lhang Kecamatan Suak Setia, sekelompok petani mulai menerapkan metode mulsa TOT tersebut. Mahmudsyah (55) salah seorang petani yang memanfaatkan metode tersebut mengatakan, penggunaan Mulsa dari sisa tanaman untuk mengolah lahan persawahan sangat banyak manfaat.
Ia menguraikan, metode penggunaan mulsa media bekas tanaman adalah salah satu cara yang sangat ramah terhadap lingkungan, karena dapat meniadakan penggunaan pestisida dan zat kami lainnya pada pupuk.
" Bekas tanaman atau mulsa ini disebarkan pada lahan hingga membusuk, setelah itu kita tinggal melakukan penanaman bibit tanaman tanpa mengolah tanah lagi, pada lahan sawah yang kami kelola kami menggunakan media jerami," ucapnya saat diwawancarai wartawan di lahan mulsa TOT Gampong Lhang Kecamatan Suak Setia Kabupaten Aceh Barat Daya, Senin (22/3/2023).
Petani tradisional ini melanjutkan, metode tani mulsa TOT ini juga sangat membantu petani, baik secara ekonomi, dimana biaya untuk bertani nyaris tidak ada jika dibandingkan dengan cara bertani konvensional, disamping itu juga menguntungkan bagi dampak kesehatan lantaran tidak adanya penggunaan pestisida dan pupuk kimia, yang paling penting adalah kualitas padi yang semakin baik, terhindar dari bahan kimiawi sehingga sangat organik dan terjamin lebih aman untuk dikonsumsi.
Namun, lanjutnya yang terpenting adalah dengan menggunakan metode bertani mulsa TOT maka pembukaan lahan terhindar dari cara-cara yang melanggar hukum, seperti membakar yang dapat menimbulkan karhutla dan dampak hukum bagi petani.
" Jadi metode Mulsa TOT ini sangat kompleks manfaatnya, dimana secara langsung petani turut menciptakan udara bersih dan mencegah terjadinya karhutla serta peningkatan hasil produk dan terjaga kelembaban tanah," ucap pria paruh baya ini.
Sementara itu, Fasilitator Program Udara Bersih Indonesia wilayah Aceh, Marzuki menuturkan Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT) merupakan program Yayasan FIELD Farmer Initiatives Ecological Livelihoods and Democracy (FIELD) yang merupakan sebuah Organisasi Non Pemerintah yang mendukung masyarakat melalui pendidikan pemberdayaan.
Yayasan FIELD didirikan pada bulan Juli 2001 di Jakarta Selatan, Indonesia. Yayasan FIELD secara umum bergerak di bidang Pertanian, Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ekonomi, Pendidikan, Kebencanaan, Kesehatan, Air Bersih dan Sanitasi, dan Sosial melalui kegiatan pelatihan, pendampingan, penyaluran bantuan, sekolah lapangan, advokasi, dan lainnya yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat.
Dalam rangka mendukung dan ikut berpatisipasi aktif dalam program Pemerintah, sesuai arahan Presiden RI, Bapak Joko Widodo pada tanggal 22 Februari 2021 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan serta adanya permasalahan asap, kabut, dan polusi udara dari pembakaran hutan dan lahan, maka Yayasan FIELD mengembangkan Program Udara Bersih Indonesia.
" Program ini juga salah satu solusi kepada petani agar terhindar dari cara-cara yang bertentangan dengan hukum saat membuka lahan, seperti membakar yang dapat berakibat pada dampak hukum," ucapnya.
Program Udara Bersih Indonesia, tersebut kembangkan dalam upaya untuk mitigasi perubahan iklim dengan mengurangi pembakaran lahan pertanian dan menciptakan udara bersih di Indonesia khususnya di Sumatera dan Kalimantan, serta meningkatkan ekonomi petani melalui penerapan praktek pertanian yang dapat mewujudkan Udara Bersih dengan teknologi Mulsa Tanpa Olah Tanah, Bedengan Kayu, dan membuat kompos melalui Ayam Seresah Dalam, dan membuat pupuk daun dengan cangkang telor.
"Dari program ini juga telah membuktikan adanya peningkatan hasil panen bagi petani, yaitu mencapai 15 hingga 20 persen dari hasil bertani secara konvensional," ulasnya.
Program Udara Bersih Indonesia telah dikembangkan di 8 Propinsi (Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Barat dan Lampung), 24 Kabupaten, dan 300 desa. Saat ini Yayasan FIELD Indonesia melalui program Udara Bersih Indonesia telah melatih 863 petani sebagai kader Udara Bersih Indonesia, telah melakukan 615 ujicoba teknis Mulsa Tanpa Olah Tanah, Hugelkultur, Membuat kompos dengan Ayam serasah Dalam, dan pembuatan Pupuk Daun dengan Cangkang Telor; serta melaksanakan 264 Sekolah Lapangan Pertanian Udara Bersih di 8 provinsi.
Di Aceh sendiri, progam udara bersih Indonesia telah di lakukan di 3 kabupaten, yaitu Aceh Barat, Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan," imbuhnya.
Marzuki melanjutkan Mahmudsyah telah melakukan beberapa kali praktik metode program UBI, salah satunya yaitu praktik pengelolaan lahan tanpa bakar dengan metode Mulsa tanpa olah tanah (MTOT) jenis tanaman padi pada lahan seluas 650 m2 dengan membuat lahan perbandingan berdampingan dengan metode konvensional.
" Dari ujicoba berdampingan MTOT vs Konvensional ini pak Mahmud membuktikan bahwa hasil panen dilahan MTOT lebih unggul dibandingkan lahan konvensional," pungkasnya.
Editor : Khairol Azmi.AR